Minggu, 13 September 2020

Kupu-Kupu Acraea Violae

2.1. Klasifikasi Kupu-kupu A. violae Kupu-kupu (Rhopalocera) tergolong ke dalam filum Arthropoda, divisio Endopterygota, kelas Insekta dan ordo Lepidoptera. Kupu-kupu dikelompokkan dalam dua superfamili ialah Hesperioidea dan Papilionoidea. Superfamili Hesperioidea berisikan satu famili adalah Hesperiidae. Superfamili Papilionoidea terdiri dari beberapa famili ialah Papilionidae, Pieridae, Nymphalidae, Lycaenidae, Riodinidae, Satyridae, Amathusiidae, Libytheidae, dan Danaidae (Corbet and Pendlebury, 1956). Salah satu spesies dari famili Nymphalidae yaitu A. violae dengan pembagian terstruktur mengenai berdasarkan Kunte (2006) ialah: Filum : Arthropoda Subfilum : Mandibulata Kelas : Insekta Subkelas : Pterygota Ordo : Lepidoptera Superfamili : Papilionoidea Famili : Nymphalidae Subfamili : Heliconiinae Genus : Acraea Spesies : Acraea violae (Sumber: Fabricius. 1793)   2.2. Morfologi Acraea violae a. Telur Telur kupu-kupu berukuran kecil yakni sekitar 1-2 mm, warna dan bentuknya beragam, ada yang seperti kubah, setengah bulatan dan lingkaran. Bagian bawah selalu rata, dan bagian atas terdapat lubang kecil yang disebut dengan mikropil adalah kawasan spermatozoid masuk ke dalam telur. Cangkang telur bertekstur halus dan ada yang terpahat (Amir dan Kahono, 2003). Telur A. violae berwarna kuning dan agak memanjang dengan cangkang yang terpahat seperti ukiran. Telur ditaruh secara berkelompok pada permukaan atas atau bawah daun flora inangnya dengan jarak yang teratur dan berjumlah sekitar 20 hingga 100 butir (Kunte, 2006). Telur direkatkan pada daun flora dengan kelenjar yang dihasilkan oleh kupu-kupu betina (Mastright dan Rosariyanto, 2005). b. Larva (ulat) Larva kupu-kupu berupa silindris (erusiform), namun pada famili Lycaenidae bentuknya agak pipih. Saat gres menetas larva berukuran sungguh kecil, panjangnya sekitar 2-3 mm. Tubuh larva mampu dibedakan menjadi tiga bab adalah caput (kepala), toraks (dada) dan abdomen (perut). Tubuh terdiri dari tiga ruas di bagian toraks dan 10 ruas dibagian abdomen, terdapat sepasang tungkai sejati pada tiap ruas toraks dan tungkai artifisial (proleg) pada abdomen (Gambar 2). Proleg digunakan untuk berjalan atau menggantung pada subtrat. Pada bab segi segmen toraks dan abdomen terdapat sepasang lubang spirakel yang memiliki kegunaan untuk pernafasan (Amir dan Kahono, 2003). Larva A. violae sampaumur berwarna coklat bau tanah mengkilat pada bab sisi atas dan putih kekuningan pada bab bawahnya, kepala berwarna coklat kemerahan. Pada segmen badan terdapat sejumlah duri bercabang. Larva mengeluarkan cairan berwarna kuning sebagai bantuan diri dari serangan predator (Kunte, 2006).   c. Pupa (kepompong) Pupa kupu-kupu bentuknya sering kali berlekuk atau tidak rata dan warnanya bermacam-macam (Borror, Triplehorn and Johnson, 2005). Pupa menempel pada subtrat dengan santunan juluran ujung posterior (kremaster). Disamping itu, terdapat juga serat sutera ditengah selaku penyangga badan selama berada pada stadia pupa. Pupa A. violae berwarna putih dengan garis-garis hitam, dalam garis-garis tersebut ada serangkaian titik berwarna oranye. Pupa dikaitakan secara horizontal oleh kremaster pada bab batang atau daun tanaman (Kunte, 2006). d. Imago (cukup umur) Tubuh kupu-kupu cukup umur terbagi menjadi tiga bagian yaitu caput, toraks dan abdomen. Pada caput terdapat sepasang antena yang panjang dan membesar pada ujungnya yang berfungsi sebagai peraba dan perasa, dan pengecap bergulung (probosis) yang berfungsi untuk menghisap masakan (Mastright dan Rosariyanto, 2005). Kupu-kupu mempunyai sepasang mata majemuk (compound eye) yang berfungsi untuk mengendalikan gerakan (Braby, 2000). Toraks kupu-kupu terbagi menjadi tiga segmen adalah protoraks, mesotoraks dan metatoraks. Protoraks merupakan segmen terkecil dan terletak pada segmen terdepan dari toraks. Segmen kedua adalah mesotoraks yang ialah segmen paling besar. Segmen yang ketiga adalah metatoraks. Pada masing-masing segmen terdapat sepasang tungkai. Pada mesotoraks dan metatoraks terdapat sepasang sayap (Gambar 4) (Braby, 2000). Abdomen merupakan bagian yang lebih lunak dibandingkan caput dan toraks. Abdomen berisikan 10 segmen yang terdiri dari tergum pada bagian dorsal dan sternum pada bagian ventral. Pada segmen pertama hingga ketujuh abdomen terdapat tajil (spirakel) yang berfungsi selaku jalan masuknya udara. Dua atau tiga segmen terakhir abdomen mengalami penyesuaian membentuk alat genitalia. Alat genitalia eksternal jantan dan betina serta terusan alat kelamin betina sering dipergunakan selaku huruf kenali jenis kupu-kupu (Braby, 2000). Imago A. violae mempunyai panjang sayap sekitar 50-60 mm. Bentuk sayapnya khas dengan warna kecoklatan sampai oranye, sayap depan panjang, tetapi luas dan membulat pada bagian apexnya, dan sayap belakang membulat. Kedua pasang sayap berwarna kecoklatan sampai oranye dengan pinggiran hitam dan semitransparan, pada sayap belakang warna hitam tersebut lebih luas dan di dalamnya terdapat serangkaian bintik-bintik putih. Thorak kecil, abdomen panjang dan sempit. Alat kelamin berwarna cokelat kecil dengan bercak hitam. Kupu-kupu betina memiliki ukuran badan lebih besar dan warna sayap yang lebih pucat daripada kupu-kupu jantan. Sama mirip larva, kupu-kupu dewasa juga mengeluarkan cairan kuning sebagai perlindungan dari serangan predator (Kunte, 2006). 2.3. Siklus Hidup Kupu-kupu mengalami metamorfosis sempurna (holometabola), yaitu memiliki empat stadia dalam hidupnya yang berisikan telur (ovum), ulat (larva), kepompong (pupa), dan kupu-kupu akil balig cukup akal (imago) (Gullan and Cranston, 2000). Waktu yang diharapkan oleh kupu-kupu dalam siklus hidupnya beragam, tergantung pada suhu lingkungan. Suhu yang lebih panas menjadikan telur kupu-kupu cepat menetas dan jenis kupu-kupu yang ukurannya lebih kecil dapat menetas dalam waktu yang relatif cepat (Carey-Hughes and Pickford, 1997). Siklus hidup A. violae dimulai dari telur yang diletakkan secara berkelompok pada flora inang oleh kupu-kupu betina, telur diletakkan pada bab atas atau bawah permukaan daun. Setelah beberapa hari telur berubah menjadi larva. Larva yang baru menetas berskala sangat kecil. Larva hidup berkelompok dan mengkonsumsi daun tumbuhan inangnya (Kunte, 2006). Stadia larva adalah fase makan yang intensif sebab sebagian besar pertumbuhan tubuh kupu-kupu terjadi pada fase larva. Larva mengalami pergantian kulit, yakni kulit lama dilepaskan dan diganti dengan kulit gres yang ukurannya sesuai. Tujuannya ialah untuk mengantisipasi kulit yang tidak lentur, pada waktu larva menjadi besar. Pergantian kulit ini ditandai dengan adanya sisa cangkang kepala (exuviae). Fase diantara pergantian kulit diketahui dengan ungkapan instar. Jumlah instar pada larva tidak konstan yang berisikan 5-7 instar (Chapman, 1982). Pupa ialah kurun tidak makan dan merupakan era reorganisasi serta transformasi organ-organ calon imago (Braby, 2000). Untuk meletakkan diri pada substrat, pupa memiliki serat-serat sutera yang dihasilkan oleh larva dari kelenjar sutera (Mastright dan Rosariyanto, 2005). Pupa A. violae memanjang dan digantung bebas tanpa penyangga (Kunte, 2006). Fase pupa merupakan sebuah era tidak bergerak, namun pupa A.violae melakukan gerakan berkejang apabila terganggu (Carey-Hughes and Pickford, 1977). Stadia sehabis pupa adalah imago. Imago A.violae keluar dari pupa dengan membuka bab bawah pupa. Selanjutnya dengan tungkai depan berpegang pada substrat lalu menarik diri keluar dari pupa yang lembap. Saat pertama keluar dari pupa, sayap imago masih basah dan terlipat. Imago yang baru keluar dari pupa akan mengeluarkan cairan kuning dari abdomennya, lalu mengeringkan tubuh dengan mengepak-ngepakan sayapnya. Kupu-kupu sampaumur yang gres timbul berada dekat dengan tanaman inang yang dikonsumsi dalam tahap larva, kemudian mencari pasangan dan kawin (Kunte, 2006). 2.4. Habitat dan Penyebaran Kupu-kupu A. violae banyak didapatkan pada daerah terbuka mirip padang rumput, taman, semak belukar, hutan primer dan sekunder yang terbuka, kupu-kupu ini condong menghindari daerah yang ternaungi dengan vegetasi yang padat. Umumnya melimpah pada tempat dataran rendah, tetapi di India dan Sri Lanka pernah ditemukan sampai ketinggian 2.100 meter dpl. Keberadaan kupu-kupu ini bersifat musiman, namun didapatkan sepanjang tahun utamanya pada sebelum atau ketika trend hujan. Penyebarannya mulai dari tempat India, Sri Lanka, Myanmar, Thailand, Semenanjung Malaysia, Singapura dan Kepulauan Indonesia (Kunte, 2006). 2.5. Pakan Kupu-kupu A.violae sering melayang disekitar tanaman semak dan herba untuk mencari flora berbunga. Kupu-kupu jantan maupun betina menghisap nektar dari bunga flora seperti Lantana camara, Tridax procumbens, Stachytarpheta jamaicensis, Tribulus terrestris, Vitex negundo, Vitex agnus, Tarchonanthus sp, Tagetes sp dan bunga liar atau budidaya lainnya. Tumbuhan inang bagi larvanya yakni dari famili Loganiaceae, Cucurbitaceae dan Passifloraceae (Passiflora edulis, P. foetida, P. subpeltata, P. siamica, Adenia cardiophylla dan A. hondala) (Kunte, 2006). Tumbuhan ini mengandung racun yang diasingkan oleh larva lalu diwariskan pada kupu-kupu akil balig cukup akal dalam bentuk cairan kuning yang dikeluarkan kupu-kupu untuk bantuan kepada predator (Jeremy, Holloway, Geofficy and Peggie, 1991). 2.6. Dinamika Populasi Kehidupan serangga utamanya kupu-kupu sungguh dekat hubungannya dengan keadaan lingkungan kawasan hidupnya. Hubungan ini terjadi kalau kupu-kupu menyelenggarakan kontak eksklusif dengan lingkungan yang sifatnya berganti-ubah. Suatu ciri khas dari populasi ialah berganti-ubah dalam jumlah individu. Studi khusus yang membahas kekerabatan antara pergeseran jumlah organisme dalam suatu populasi dengan aspek lingkungan yang mempengaruhinya disebut dengan dinamika populasi (Solomon, 1977). Naik turunnya populasi serangga dalam suatu areal tertentu ditentukan oleh dua aspek ialah kesanggupan hayati atau peluangbiotik dan kendala lingkungan. Potensi biotik meliputi siklus hidup, sex ratio, dan keperidian. Siklus hidup yaitu lamanya waktu perkembangan serangga mulai telur sampai serangga tersebut meletakkan telur untuk pertama kalinya. Semakin pendek siklus hidup maka perkembangan populasi serangga akan sernakin cepat. Sex ratio yaitu perbandingan serangga jantan dan betina, sermakin banyak betina yang dihasilkan akan makin cepat populasi serangga tersebut meningkat , dan keperidian ialah jumlah telur yang diproduksi oleh seekor betina, pastinya sernakin tinggi tingkat keperidian, maka akan sermakin cepat populasi serangga tersebut meningkat (Dadang, 2006). Secara teoritis, populasi suatu organisme berkembangsecara cepat sehingga dalam waktu singkat populasi tersebut mampu menutup seluruh permukaan bumi ini. Tetapi pada kenyataannya di alam tidak terjadi demikian, alasannya ada aneka macam bentuk aspek penghambat yang disebut dengan kendala lingkungan. Hambatan lingkungan adalah berbagai faktor abiotik dan biotik di ekosistem yang condong menurunkan fertilitas dan kelancaran hidup individu-individu dalam populasi sebuah organisme. Faktor tersebut menghalangi organisme untuk dapat meningkat sesuai dengan kesempatanbiotiknya (Untung, 1993). Hambatan lingkungan mampu dikelompokan menjadi dua yaitu berasal dari luar populasi (aspek ekstrinsik) dan dari dalam populasi (intrinsik). Faktor ekstrinsik berisikan faktor biotik seperti masakan, predasi, persaingan, parasitisme, patogen dan aspek abiotik mencakup curah hujan, suhu, temperatur, kelembaban dan lain-lain. Sedangkan aspek intrinsik contohnya berupa kompetisi intraspesifik dalam bentuk territorialitas dan tekanan sosial (Untung, 1993). Untuk menggambarkan tentang kemajuan, kelancaran hidup, produktivitas atau kesuburan induk betina pada sebuah golongan dan menghidangkan data dasar parameter perkembangan populasi dipakai tabel kehidupan (life table). Tabel kehidupan dihasilkan dari data lapangan dan digunakan untuk mengestimasi kesanggupan pembiasaan populasi yang dipengaruhi oleh aspek biotik dan abiotik (Gabre, Adham and Hsin chi, 2005). Kelahiran dan kematian dapat ditabulasi dengan menggunakan tabel kehidupan yang juga ialah ringkasan pernyataan yang memuat tipe kehidupan individu dari populasi atau kalangan individu, sehingga impian hidup individu dapat dipertimbangkan (Price, 1984).
Sumber http://hidayatirahimah.blogspot.com


EmoticonEmoticon