Minggu, 06 September 2020

Eksplorasi Potensi Kampung Kuin, Banjarmasin

“Eksplorasi Potensi Kampung Kuin, Banjarmasin” Penulis: Hidayati Rahimah, S.Pd    Kampung Kuin merupakan suatu kampung di kota Banjarmasin, ialah wilayah yang dilintasi oleh Sungai Kuin dan mayoritas dihuni oleh penduduk suku Banjar. Kelurahan yang dilintasi oleh sungai kuin yakni kelurahan Kuin Utara dan Pangeran yang terletak kecamatan Banjarmasin Utara, dan kelurahan Kuin Cerucuk, Kuin Selatan, dan sebagian Belitung Utara yang terletak di kecamatan Banjarmasin Barat. Pada zaman dulu, Kota Banjarmasin mempunyai kedudukan sebagai ibukota kerajaan Banjar yang berfungsi pula sebagai kota perdagangan ( market city ), tepatnya berpusat di kampung Kuin. Kota Banjarmasin terkenal dengan istilah “Kota Seribu Sungai”, secara geografis terletak pada dataran rendah dengan ketinggian -0,16 mdpl, tersusun atas banyak delta dan ajaran sungai besar maupun kecil, serta dengan kondisi daratan lazimnya lahan berair. Keberlangsungan hidup penduduk Banjar dulunya lebih banyak didominasi dijalankan di daerah perairan atau sungai, sehingga menciptakan adanya keberadaan acara peradaban manusia mirip pasar terapung Muara Kuin yang tetap aktif sampai saat ini. Faktor perdagangan yang diiringi kontak antarberagam suku menciptakan Banjarmasin berfungsi sebagai wadah pembauran dan akibatnya berubah menjadi pelabuhan populer serta pusat perdagangan di Kalimantan. Kampung Kuin mempunyai beberapa peluangsetempat yang ada di kampung Kuin seperti faktor lingkungan, sosial dan ekonomi yang mampu menunjang pariwisata. A. Ekonomi Aspek ekonomi yang terdapat di Kampung Kuin adalah adanya pasar Terapung Muara Kuin. Pasar terapung ialah atraksi rekreasi yang ialah hasil peradaban suku Banjar yang sudah dikenal oleh dunia internasional. Lokasi pasar terapung di Kalimantan Selatan semenjak zaman dulu terdapat di 2 lokasi, yaitu pasar terapung Muara Kuin yang berjalan di atas sungai Barito dan pasar terapung Lok Baintan yang berlangsung di atas sungai Martapura, Kabupaten Banjar. Namun, sejak tahun 2013 pemerintah kota Banjarmasin berusaha mengambil kebijakan dengan menyelenggarakan acara pasar terapung baru di tengah sentra kota Banjarmasin tepatnya di atas sungai Martapura di sepanjang siring Jl. Piere Tendean. Adanya pasar terapung Siring Tendean ini membuat penduduk lebih gampang mengakses pasar terapung dari tepi jalan dengan adanya tangga turun menuju sungai dan mampu melakukan aktivitas perdagangan dan susur sungai dari pukul 16.00-19.00 WITA saban hari sabtu dan pukul 06.00-11.00 WITA saban hari minggu. Aktivitas pasar terapung Muara Kuin dinikmati semakin menurun, namun tetap menjadi tujuan utama bagi para wisatawan yang ingin menikmati rekreasi susur sungai dengan trek yang lebih jauh dan atraksi yang lebih bermacam-macam. Pasar terapung Muara Kuin beraktivitas setiap hari dari pukul 04.30-07.00 WITA, sehingga turis mesti berangkat sejak pagi buta supaya tidak melalaikan momen atraksi wisata ini. Produk wisata yang paling menawan yang mampu turis dari daerah ini yaitu sarapan di pagi hari dan berbelanja dari para pedagang yang menjajakan masakan, kue tradisional, sayuran, buah, hasil kebun, tumbuhan pekarangan, maupun barang masyarakat lokal lainnya lainnya. Selain itu, pelancong mampu mencicipi rekreasi masakan dengan sarapan berbelanja soto Banjar dari bahtera yang berjualan, pengalaman yang didapatkan adala makan kuliner berkuah di atas tranportasi air yang sering bergoyang. Jika pelancong ingin makan dengan lebih sederhana, maka mampu menjajal sarapan dengan hidangan nasi Kuning yakni nasi dengan lauk ayam, ikan, telur atau daging sapi dengan sambal khas yang disebut Masak Habang. Wisatawan mampu pula menikmati kue tradisional menggunakan sebatang kayu panjang yang ujungnya dipasang paku biar kudapan manis dapat menancap dan terambil dari bahtera sebelah. Wisata kuliner yang menjadi ciri khas di kampung Kuin yaitu soto Banjar, masyarakat Banjar lebih familiar dengan sebutan Soto Kuin. Identitas hidangan tersebut merefleksikan adanya indikasi geografis yang berasal dari kampung Kuin. Penulis pernah melakkan wawancara dengan salah satu pemiliki usaha masakan di Kuin Utara, dia menuturkan bahwa soto Banjar dulunya ialah sajian yang berawal dan berkembang dari kampung Kuin kemudian tempat lain di sekitarnya mulai berkembang mengikuti. B. Lingkungan Aspek lingkungan yang terdapat di Kampung Kuin yaitu keanekaragaman ekosistem sungai di sepanjang sungai Kuin dan sungai Barito, serta keberadaan Pulau Kembang. Jika berkunjung ke pasar terapung Muara Kuin, sebagian besar pelancong juga melanjutkan perjalanan menuju pulau Kembang. Pulau Kembang ialah sebuah pulau kecil yang tidak berpenghuni yang terletak di tengah perairan sungai Barito, dijadikan selaku hutan wisata alam dengan tipe ekosistem lahan berair. Pulau Kembang secara umum dikuasai dihuni oleh simpanse ekor panjang ( Macaca fascicularis ) dan bekantan ( Nasalis larvatus ), selain itu terdapat aneka macam jenis mamalia lain, herpetofauna, nekton, burung, serta berbagai tumbuhan khas lahan berbagai jenis mangrove air tawar. Pulau Kembang secara administratif dan dikelola oleh kabupaten Barito Kuala.   C. Sosial Aspek sosial terutama kebudayaan yang terdapat di Kampung Kuin yaitu pengrajin Tanggui, pengrajin Tajau, kompleks makam Sultan Suriansyah dan masjid Sultan Suriansyah. Tanggui yaitu topi yang terbuat dari daun rumbia atau nipah, dipakai turun-temurun oleh penduduk Banjar untuk melindungi diri dari kegiatan di bawah terik matahari, mirip mirip topi caping tetapi berupa setengah bulat bukan kerucut. Tanggui lebih banyak didominasi dipakai oleh para penjualdi pasar terapung untuk berjualan dan petani dikala berladang. Pengrajin tanggui masih banyak didapatkan di daerah sekitar dermaga pasar terapung Muara Kuin, Alalak Selatan. Beberapa masyarakat mempunyai kebiasaan menganyam tanggui di titian dermaga adalah dengan berkumpul membentuk kelompok kecil di sore hari. Selain tanggui, di kampung Kuin terdapat pula hasil kerajinan masyarakat berupa tajau. Tajau adalah gentong besar penampung air yang terbuat dari semen dan masih dibuat secara tradisional, digunakan turun-temurun oleh masyarakat untuk memuat air minum dan ditaruh di dapur atau akrab perapian. Pengrajin tanjau masih dapat ditemukan di kawasan sekitar masjid bersejarah Sultan Suriansyah, Kuin Utara. Berdasarkan kebijakan pemerintah kota terkait ciri khas banyak sekali kampung di kota Banjarmasin, kampung Kuin mendapatkan predikat selaku “Kampung Tajau”. Namun hal tersebut faktanya pengrajin tajau belum terbina secara khusus oleh pemerintah kota maupun promosi terkait potensi kampung. Kampung Kuin ialah kawasan bersejarah selaku asal-ajakan peradaban kota Banjarmasin maupun masyarakat suku Banjar di Kalimantan. Kampung Kuin di kurun lampau merupakan pusat dari kerajaan Banjar, hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya bukti peninggalan sejarah dan peradaban suku Banjar yang mencolok di kampung ini. Kondisi di kampung ini yaitu terdapat Masjid Bersejarah Sultan Suriansyah, Kompleks Makam Sultan Suriansyah, dan beberapa rumah penduduk bergaya arsitektur Banjar di sepanjang jalan pinggiran sungai Kuin yang masih aktif dihuni sampai ketika ini. Selain aspek rekreasi susur sungai ke pasar terapung dan pulau Kembang, sejak usang sudah meningkat wisata sejarah yaitu ziarah Sultan Suriansyah. Sultan Suriansyah ialah raja dari kerajaan Banjar yang pertama kali memeluk Islam, peristiwa ini dijadikan selaku hari jadi kota Banjarmasin tepatnya semenjak 24 September 1526. Pengalaman wisata sejarah yang dapat dinikmati oleh pelancong umumnya yakni beribadah di masjid bersejarah Sultan Suriansyah, kemudian melanjutkan berziarah di makam para pemimpin kerajaan Banjar, serta terdapat museum peninggalan purbakala hasil peradaban penduduk dan kerajaan Banjar yang terletak dalam kompleks makam Sultan Suriansyah. Eksplorasi aneka macam potensi di kampung Kuin Banjarmasin menurut pengelompokan beberapa aspek mampu menjadi teladan untuk rencana pengembangan daerah. Pemerintah kota Banjarmasin pada tahun 2017 mulai berusaha berbagi peluangbeberapa kampung dengan tingkat kunjungan telah cukup besar seperti di kawasan kampung Kuin dengan merintis pembentukan pokdarwis. Pemerintah kota Banjarmasin pada tahun 2018 mempunyai tujuan sekaligus tema hari jadi ke-492 yakni “Memantapkan Banjarmasin selaku Kota Sungai Berbasis Ekonomi Kreatif dan Smart City”. Terkait mewujudkan ekonomi kreatif di penduduk , masakan ialah salah satu dari 16 subsektor ekonomi kreatif yang memiliki peluang besar untuk dikembangkan di kampung Kuin utamanya adanya kuliner khas mirip soto Banjar/soto Kuin. Selain itu, terdapat 5 proses tahap pengembangan ekonomi inovatif yan perlu dijalani ialah tahap kreasi, buatan, distribusi, konsumsi dan konservasi. Berdasarkan hal-hal yang telah dieksplorasi selaku kesempatankampung, dapat menjadi basis data dalam menentukan langkah yang dijalankan dalam menjalani 5 proses tersebut. Pada tahapan tamat yakni konservasi, terdapat nilai-nilai mirip konservasi budaya, sejarah dan lingkungan yang mampu dilakukan. Pariwisata merupakan sistem terpadu yang dapat dikembangkan di daerah ini dengan mengedepankan prinsip pariwisata berkesinambungan ( sustainable tourism ).
Sumber http://hidayatirahimah.blogspot.com


EmoticonEmoticon