Sabtu, 03 Oktober 2020

Pemikiran Menyusun Soal Uraian

Soal uraian adalah suatu soal yang menuntut penerima asuh untuk mengorganisasikan pemikiran -ide atau hal-hal yang telah dipelajarinya. Jawabannya dikemukakan dalam bentuk uraian tertulis.


Keunggulan dan keterbatasan soal uraian


Keunggulan


Dapat mengukur kemampuan penerima bimbing dalam hal menghidangkan jawaban terurai secara bebas, mengorganisasikan pikirannya, mengemukakan pendapatnya, dan mengekspresikan pemikiran -gagasan dengan memakai kata-kata atau kalimat akseptor didik sendiri.


Keterbatasan


Jumlah bahan atau pokok bahasan yang mampu ditanyakan relatif terbatas, waktu untuk mengusut balasan cukup usang, penskorannya relatif subjektif, dan tingkat reliabilitasnya relatif lebih rendah ketimbang soal opsi ganda alasannya adalah reliabilitas skor pada soal uraian sangat tergantung pada penskor tes.



Baca Juga : Panduan Penyusunan Soal Pilihan Ganda



Berdasarkan penskorannya soal uraian diklasifikasikan menjadi uraian objektif dan uraian non objektif.



  • Soal uraian objektif adalah rumusan soal atau pertanyaan yang menuntut sehimpunan tanggapan dengan pengertian/desain tertentu sehingga penskorannya dapat dilakukan secara objektif.

  • Soal uraian non objektif yakni rumusan soal yang menuntut sehimpunan tanggapan berupa pemahaman/rancangan menurut pertimbangan masing-masing penerima latih sehingga penskorannya sukar dilaksanakan secara objektif (penskorannya dapat mengandung bagian subjektivitas).


Beberapa kaidah yang perlu diperhatikan dalam penulisan soal uraian yaitu selaku berikut:


Materi



  1. Soal mesti sesuai dengan indikator.

  2. Batasan pertanyaan dan tanggapan yang diharapkan (ruang lingkup) mesti terperinci.

  3. Isi bahan sesuai dengan tujuan pengukuran, contohnya soal Matematika harus menanyakan kompetensi Matematika, bukan kompetensiberbahasa atau yang lainnya.

  4. Isi bahan yang ditanyakan telah sesuai dengan jenjang, jenis sekolah, atau tingkat kelas. Tingkat kompetensi yang diukur harus diadaptasi dengan tingkatan akseptor didik, contohnya kompetensi pada jenjang SMP dilarang ditanyakan pada jenjang Sekolah Dasar, walaupun materinya sama, atau sebaliknya soal untuk tingkat SD tidak boleh ditanyakan pada jenjang SMP.


Konstruksi



  1. Rumusan kalimat soal atau pertanyaan mesti menggunakan kata-kata tanya atau perintah yang menuntut tanggapan terurai, seperti: mengapa, uraikan, jelaskan, bandingkan, hubungkan, tafsirkan, buktikan, hitunglah. Jangan menggunakan kata tanya yang tidak menuntut balasan uraian, misalnya: siapa, di mana, kapan. Demikian juga kata-kata tanya yang cuma menuntut balasan ya atau tidak.

  2. Buatlah isyarat yang terang perihal cara melaksanakan soal.

  3. Buatlah ajaran penskoran segera sehabis soalnya ditulis dengan cara menguraikan unsur yang mau dinilai atau tolok ukur penskorannya, besar skor bagi setiap bagian, atau rentang skor yang mampu diperoleh untuk setiap persyaratan dalam soal yang bersangkutan.

  4. Hal-hal lain yang menyertai soal seperti tabel, gambar, grafik, peta, atau yang sejenisnya harus disuguhkan dengan jelas, berfungsi, dan terbaca, sehingga tidak mengakibatkan penafsiran yang berlawanan dan juga mesti berarti.


Bahasa



  1. Rumusan butir soal memakai bahasa (kalimat dan kata-kata) yang sederhana dan komunikatif sehingga mudah dipahami oleh akseptor didik.

  2. Rumusan soal tidak mengandung kata-kata yang mampu menyinggung perasaan peserta asuh atau kelompok tertentu.

  3. Rumusan soal tidak menggunakan kata-kata/kalimat yang mengakibatkan penafsiran ganda atau salah pengertian.

  4. Butir soal menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar.

  5. Rumusan soal sudah menimbang-nimbang sisi bahasa dan budaya.

  6. Jangan menggunakan bahasa yang berlaku lokal.



Sumber ty.com


EmoticonEmoticon